Monday, January 14, 2008

Tinnitus

Tinnitus is noise originating in the ear rather than in the environment. Tinnitus is a symptom and not a specific disease. It is very common-10 to 15% of people experience some degree of tinnitus. More than 75% of ear-related problems include tinnitus as a symptom, including injury from loud noises or explosions, ear infections, a blocked ear canal or eustachian tube, otosclerosis (a type of hearing loss), tumors of the middle ear, and Meniere's disease. Certain drugs (such as
aminoglycoside antibiotics and high doses of aspirin) also may cause tinnitus.
Tinnitus may also occur with disorders outside the ears, including anemia, heart and blood vessel disorders such as hypertension and arteriosclerosis, an underactive thyroid gland (hypothyroidism) , and head injury. Tinnitus that is only in one ear or that pulsates is a more serious sign. A pulsating sound may result from certain tumors, a blocked artery, an aneurysm, or other blood vessel disorders.
The noise heard by people with tinnitus may be a buzzing, ringing, roaring, whistling, or hissing sound. Some people hear more complex sounds that vary over time. These sounds are more noticeable in a quiet environment and when the person is not concentrating on something else. Thus, tinnitus tends to be most disturbing to people when they are trying to sleep. However, the
experience of tinnitus is highly individual; some people are very disturbed by their symptoms, and others find them quite bearable.

Diagnosis & Treatment
Because a person who has tinnitus usually has some hearing loss, thorough hearing tests are performed as well as magnetic resonance imaging (MRI) of the head and computed tomography (CT) of the temporal bone (the skull bone that contains part of the ear canal, the middle ear, and the inner ear). Attempts to identify and treat the disorder causing tinnitus are often unsuccessful. Various techniques can help make tinnitus tolerable, although the ability to tolerate it varies from person to person. Often a hearing aid helps suppress tinnitus. Many people find relief by playing background music to mask the tinnitus. Some people use a tinnitus masker, a device worn like a hearing aid that produces a constant level of neutral sounds. For the profoundly deaf, a cochlear implant may reduce tinnitus.
[Merck]

Peptic Ulcers

What is a peptic ulcer?
A peptic ulcer is a sore in your stomach or small intestine. It happens when the juices that help break down food damage the lining of your stomach or intestine. Ulcers usually affect people who are 25 to 64 years of age.
The two main causes are a germ called Helicobacter pylori (HP) and anti-inflammatory pain medicines like aspirin, ibuprofen, and naproxen. Steroids and medicines for osteoporosis also may cause ulcers.

How can I tell if I have a peptic ulcer?
You may feel bloated or full. Pain may start soon after you eat. Three to four hours after eating a meal, you may get pain or an empty feeling in your stomach that gets better after you eat again or take an over-the-counter antacid (such as Tums).
Other signs include belching, feeling sick or dizzy, vomiting, heartburn, and a bad taste in your throat. Some people have black stools from bleeding in the stomach or intestine.
Your family doctor may give you a blood or stool test to see if you have anemia or HP infection. You may need an x-ray or an endoscopy (when the doctor looks inside your stomach with a tiny camera on a tube inserted through your mouth).

How are peptic ulcers treated?
Peptic ulcers are treated with medicine that stops your stomach from making acid. If you have HP infection, you will need to take antibiotics and acid-reducing tablets for one to two weeks.
If you smoke, quitting will help your ulcers heal and will help stop them from coming back. If you are taking a medicine that may cause ulcers, your family doctor can suggest a different one.
You should start to feel better within a few days or weeks of starting the medicine. Some people need to take medicines for four to eight weeks or longer. Tell your family doctor if you still have symptoms, you lose weight, the pain gets worse, you see blood in your vomit, or you have black, tarry stools.
[AAFP]

Orgasm Sign

There are many questions rise up among women regarding sexual stuff. Event there are women that never have orgasm experience.

Sebagai seorang perempuan, tentunya banyak pertanyaan di kepala mengenai seputar masalah seksual. Sebagai contoh, ada sebagian perempuan yang mengeluhkan belum pernah merasakan orgasme.
Lalu, ada juga pertanyaan mengenai apakah seorang perempuan mengalami ejakulasi seperti halnya yang dialami oleh lelaki. Kemudian, ada muncul juga pertanyaan seputar orgasme, seperti benarkah orgasme itu tak sama dengan kepuasan seksual.
Dari banyaknya pertanyan-pertanyaa n mengenai masalah orgasme inilah, hendaknya perempuan harus mencari pengetahuan yang dalam mengenai seputar masalah seks. Karena, berhasilnya suatu hubungan seksual tentunya harus ada kerjasama yang baik antara lelaki dan perempuan.
Ada suatu kasus dimana seorang ibu rumah tangga berusia 28 tahun memiliki suami berumur 33 tahun, sebut saja ibu Nira. Usia perkawinannya baru lima bulan. Setiap kali ia melakukan hubungan seks, ia tak pernah mengalami orgasme. “Saya ingin bertanya, apakah benar pada saat perempuan mengalami orgasme juga mengeluarkan cairan seperti saat ejakulasi pada laki-laki. Kalau ya, dimana letak keluarnya cairan itu. Apakah di dalam vagina atau di saluran kencing. Bagaimana tanda-tanda mencapai orgasme,” tanya ibu Nira.
Menilai pertanyaan yang disampaikan oleh ibu Nira, dapat disimpulkan bahwa ternyata tak sedikit seorang perempuan yang kurang memahami seputar masalah seksual sebelum ia menikah. Untuk itu, sebaiknya bisa disimak penjabaran dari pertanyaan-pertanya an diatas.
Orgasme Berbeda dengan Kepuasan
Banyak perempuan yang tak pernah merasakan orgasme walaupun sudah lama menikah. Pengetahuan perempuan tentang orgasme sangatlah terbatas, bahkan lelaki sekalipun juga demikian. Jadi tidak aneh bila banyak juga suami yang tak mengetahui apakah isterinya pernah mencapai orgasme atau tidak.
Orgasme adalah suatu sensasi erotik yang menyenangkan, yang terjadi pada puncak reaksi seksual. Jadi bila seseorang, baik laki-laki maupun perempuan mencapai puncak reaksi seksual, maka dia akan mengalami orgasme. Dengan istilah yang lebih umum, orgasme disebut kenikmatan seksual.
Sensasi erotik yang dirasakan perempuan ketika mencapai orgasme sama dengan sensasi yang dirasakan oleh laki-laki ketika mencapai puncak reaksi seksual itu. Bedanya, perempuan bisa mencapai orgasme berkali-kali, sementara laki-laki hanya mampu mencapai orgasme satu kali pada satu kali hubungan seks.
Namun, orgasme atau kenikmatan seks itu tak identik dengan kepuasan seksual. Pada kepuasan seks terkandung unsur keterlibatan emosi sehingga merasa puas. Sebagai contoh, seseorang yang melakukan masturbasi juga bisa merasakan orgasme atau kenikmatan seks itu, tapi belum tentu dia merasakan kepuasan seks.
Tanda Fisik Orgasme
Perasaan nikmat secara seksual hanya dirasakan oleh yang mengalami orgasme. Karena hanya perasaan, maka orang lain tak bisa ikut merasakannya. Berarti orang yang tak pernah mengalaminya, tak akan bisa merasakan sensasi seks itu.
Tetapi pada satu orgasme juga terjadi reaksi secara fisik, yaitu berupa kontraksi yang bersifat ritmik pada otot di sekitar kelamin, bahkan seluruh tubuh. Kekejangan otot yang berirama, yang terjadi dalam waktu singkat ini tak selalu sama, tetapi bervariasi, mulai dari lemah sampai kuat, dan dapat diamati dari luar.
Pada perempuan, kontraksi ritmik ini terjadi pada otot sekitar vagina dan dasar panggul. Di luar kelamin, kontraksi terjadi pada otot wajah, tangan, kaki, otot, dada dan otot perut. Berarti kontraksi terjadi pada otot di seluruh tubuh.
Pada lelaki juga begitu. Selain terjadi pada otot sekitar penis, kontraksi juga terjadi pada otot bagian tubuh yang lain, seperti pada perempuan. Disamping kontraksi otot, pada saat orgasme terjadi juga perubahan yang maksimal beberapa kerja organ tubuh. Maka saat orgasme, tekanan darah mencapai kenaikan tertinggi dibandingkan sebelumnya. Demikian juga denyut nadi, denyut jantung dan irama napas.
Dengan memperhatikan terjadinya kontraksi otot yang ritmik itu, pasangan seksual bisa mengetahui terjadinya orgasme. Memang ada kalanya kontraksi ritmik tak cukup kuat sehingga tidak nyata terlihat atau tidak jelas dirasakan pasangannya.

Upaya Mengatasi
Kalau belum pernah mencapai orgasme, berarti reaksi seksual tidak pernah mencapai puncak. Ini menunjukkan bahwa rangsangan seksual yang diterima tak cukup mampu menimbulkan reaksi seksual sampai pada puncaknya.
Ada beberapa kemungkinan penyebab hambatan orgasme. Pertama, mungkin terdapat hambatan dalam komunikasi dengan suami. Kedua, kurangnya rangsangan pendahuluan atau foreplay, baik fisik mau pun psikis, sehingga anda tak cukup terangsang. Ketiga, mungkin posisi hubungan seksual tidak efektif bagi anda. Keempat, mungkin suami mengalami gangguan fungsi seksual.
Gangguan fungsi seksual pada laki-laki merupakan penyebab yang sering menjadi hambatan orgasme perempuan, terutama ejakulasi dini dan disfungsi ereksi. Jadi walau pun anda tidak pernah orgasme, bukan berarti penyebabnya ada pada anda.
Agar bisa mencapai orgasme, maka penyebab yang ada harus diatasi terlebih dahulu. Kalau penyebabnya hanya karena posisi hubungan seksual yang tidak efektif, dengan pengaturan posisi, masalah itu bisa diatasi. Kalau penyebabnya gangguan fungsi seks di pihak suami, maka gangguan inilah yang harus diatasi lebih dulu.
Tetapi andaikata setelah penyebabnya diatasi masih tak bisa juga mencapai orgasme, maka anda memerlukan latihan seksual. Salah satu cara latihan agar bisa mencapai orgasme ialah program masturbasi. Dengan program ini, anda dibawa pada kondisi agar dapat merasakan rangsangan yang cukup sehingga mencapai orgasme.
Cairan itu Bukan Air Kencing
Di samping orgasme, ada istilah ejakulasi yaitu peristiwa keluarnya sperma. Pada laki-laki normal, ejakulasi terjadi menyertai orgasme. Jadi, laki-laki normal mengalami ejakulasi ketika mencapai orgasme. Pada keadaan tidak normal bisa terjadi ejakulasi tanpa orgasme atau sebaliknya, dapat terjadi orgasme tanpa ejakulasi.
Karena perempuan tak memiliki sperma, maka perempuan tidak mengalami ejakulasi. Tetapi ada istilah yang digunakan untuk menyebut keluarnya cairan yang dialami oleh sebagian perempuan ketika mencapai orgasme yaitu, "Ejakulasi Perempuan".
Istilah ini muncul karena sebagian perempuan mengalami dan melaporkan mengeluarkan cairan ketika mencapai orgasme. Suami para perempuan itu juga melaporkan hal yang sama. Bahkan sebagian diantara mereka melaporkan cairan yang dikeluarkan itu sampai membasahi tempat tidur.
Cairan tersebut dianggap berasal dari suatu kelenjar yang disebut kelenjar Skene, dan dikeluarkan melalui saluran kencing. Semula diduga cairan tersebut adalah urin (air kencing). Tetapi pada pemeriksaan di laboratorium terbukti cairan itu bukanlah urin.
Cairan yang dikeluarkan pada saat orgasme itu bukan perlendiran vagina yang terjadi sebagai reaksi seksual awal ketika perempuan menerima rangsangan yang cukup. Perlendiran vagina merupakan reaksi seksual yang awal pada perempuan. Reaksi ini menunjukkan bahwa perempuan cukup berekasi terhadap rangsangan seksual yang diterima. Tetapi ini bukan tanda awal bahwa perempuan telah mencapai orgasme.
Banyak laki-laki yang menganggap isterinya telah mencapai orgasme karena menyamakan perlendiran vagina dengan ejakulasi pada laki-laki. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tak mengerti bahwa perlendiran vagina hanyalah reaksi awal terhadap rangsangan seksual.